Sabtu, 24 Maret 2012

si pecundang yang bodoh


Still hoping. Still holding on. Entah ini bodoh atau pecundang. Entah ini namanya bodoh karena masih menyimpan dan mengharap sesuatu yang jelas dan pasti nggak akan pernah terjadi. Atau pecundang karna masih terlalu asik berada di zona aman, enggan untuk melepas dan pergi dari comfort zone tersebut.. masih terlalu pengecut untuk memulai yang baru dan meninggalkan yang sangat berarti saat ini.

Bodoh memang masih mengharap dan menyimpan sesuatu yang sebenarnya anda sendiri yakin itu takkan pernah terjadi. Sekalipun anda terus berusaha untuk membuat semua mimpi anda menjadi kenyataan. Tak mungkin kan membuat ikan bernafas di udara? Sekalipun anda tetap berusaha mencari cara untuk membuat ikan itu bertahan. Entah dengan menyiraminya air beberapa detik sekali atau dengan memberinya tabung2 oksigen. Ikan itu takkan hidup layak sama seperti di dalam air. Begitu juga dalam kasus ini. Mengharap sesuatu yang jelas dan pasti takkan terjadi. Tetapi anda malah begitu asik berharap membiarkan imajinasi anda terbang melayang ke atas sana, menembus apapun yang ada di sana padahal jelas beberapa saat setelah imajinasi itu melayang sebentar.. ketika anda mulai mengintip dunia nyata, anda akan terjatuh. Jatuh dari tempat yang sangat tinggi. Bukannya anda tidak punya persiapan, anda tau apa yang akan terjadi tapi anda malah diam seakan membiarkan anda terjatuh . remuk. Terluka. Tanpa pernah terobati.

Pecundang. Memang. Pengecut. Tentu. Apalagi yang terfikir di benak anda ketika anda merasa sakit. Merasakan luka. Bersamaan dengan rasa nyaman dan tak ingin kehilangan? Mungkin anda takkan pernah mau mengerti apa yang terjadi. Anda takkan pernah mau menerka bagaimana nanti. Yang anda tau, anda nyaman sekalipun anda merasa sakit. Tapi anda cukup puas dengan keadaan anda sekarang. Apalagi kata yang lebih pas selain pecundang atau pengecut? Satu penghinaan yang bahkan anda juga sadar anda adalah seorang pengecut ulung, yang tak pernah mengerti atau bahkan mau mengerti kenapa anda masih bertahan dan setia menjadi pecundang. Atau mungkin karna anda terlalu nyaman di zona ini? Terlalu merasa inilah jalan terbaik untuk anda? Tanpa memedulikan hati anda yang sangat hancur dan terluka pastinya. Tapi toh anda masih bertahan, menahan semuanya sendiri. Menahan pilu. Tanpa ada yang mengurangi apalagi mengobati.

Jadi sekarang anda mengerti kan. Kenapa saya memberi judul “si pengecut yang bodoh” karna memang itu yang ada. Memang begitu kenyataannya. Si pengecut yang masih bertahan di zona amannya tanpa mau meninggalkan ditambah kebodohannya yang tetap menyimpan berharap dan bertahan untuk sesuatu yang jelas tak akan pernah terjadi. Perpaduan yang cantik. perpaduan yang akan menyeret ke lumbung kepedihan yang amat dalam.