Sabtu, 05 April 2014

Melepaskanmu

"kenapa kamu masih disini?"
"menunggumu"
aku memandangi laki-laki dihadapanku sekarang. memperhatikan setiap lekukan di wajahnya. memotret setiap inci demi inci wajahnya. aku hanya ingin merekamnya dalam memoriku. jadi jika suatu hari nanti ia tak kembali, aku akan selalu ingat wajahnya.

"kamu kan tak tahu aku akan datang atau tidak.. harusnya kamu pergi saja"
"tapi akhirnya kamu datang kan?"

aku menemukan sedikit kekhawatiran di suaranya tadi. bisakah aku berharap?

"aku lelah kalau harus terus menemuimu disini"
"yasudah jangan kemari"

lelaki itu menatapku angkuh. ah, tatapan matanya selalu mampu membuatku terpaku, membeku bagai terkena badai salju.

"sampai kapan kamu akan menungguku?"
"sampai kamu lelah dan tinggal disini"

lelaki itu mendengus. lalu mengeluarkan seringainya. ya, seringai itu.. yang selalu muncul ketika ia meremehkan sesuatu.

"kamu lupa?  aku tak akan pernah bisa tinggal denganmu"
"tidak mungkin aku lupa, kamu selalu mengingatkanku kan?"

lelaki itu menghela nafasnya berat. ah aku sebenarnya tak tega melihatnya begini. membiarkan dia kelelahan seperti ini. apa aku kelewatan? ataukah aku terlalu egois?

"sudahlah.. aku sudah menemukan tempat yang akan aku tinggali"
"benar? baiklah. pergilah.."

laki-laki itu lagi-lagi menatapku dengan penuh frustasi. kami memang selalu seperti ini, aku yang menyediakan rumah terhangat untuknya pulang, dan dia yang mencari rumah impiannya diluar sana. kami bertolak belakang. dia selalu tahu bahawa aku selalu membuka pintu rumahku dengan lebar untuknya. dia selalu tahu. dan aku.. aku selalu tahu bahwa ia bahkan tak pernah mau mencoba masuk.

"aku akan pergi. tolong, kamu jangan menungguku. aku benar-benar tak akan datang besok, lusa, atau kapanpun"
"ya, pergilah. aku disini"

laki-laki itu menyerah. lalu ia berdiri meninggalkan kursi tempatnya duduk. menyisakan kekosongan yang sempat terisi beberapa menit. mataku mulai memanas. hatiku mulai merasa perih. inikah akhir dari penantianku? 

"aku mohon berhentilah menyakiti dirimu sendiri"
"berhentilah mengkhawatirkanku, kamu hanya menambahkan kesulitanku.. apa susahnya untuk mengucapkan selamat tinggal dan pergi"

laki-laki itu terpaku mendengar suaraku yang telah bergetar. aku mendengar langkah kakinya yang perlahan menjauh. aku menelungkupkan kedua tanganku. mataku yang memanas telah membasah. perlahan-lahan aku menangis dalam diam. lalu menangis pelan-pelan sampai akhirnya aku menangis meraung-raung. penantianku berakhir. beginikah akhirnya?

"bagaimana aku bisa pergi begitu saja saat aku tahu kamu tak baik-baik saja. jangan menangis. berhentilah. berhentilah menangisiku. tolong.."

laki-laki itu kembali. ia meletakkan kepalaku di dadanya. mengelus rambutku pelan. berusaha menenangkanku yang menangis seperti anak kecil kehilangan permennya. aku menangis dalam dadanya. aku menangis dengan dikelilingi aroma tubuhnya yang memabukkan. aku menangis dengan semua memori yang pernah ada.

"kamu terlalu berharga untuk aku tinggalkan. kamu tahu itu. kamu tahu aku takkan pernah bisa hidup tenang karna merasa bersalah menyakitimu. tapi kamu juga tahu kalau aku tak bisa. kamu tahu kan?"

aku mengangguk pelan, membalas pertanyaannya. aku terbangun dari posisi memabukkan itu. aku terduduk kembali di tempatku semula. aku memandanginya lagi. lelaki yang tadi beranjak pergi kini kembali dan menampakkan matanya yang penuh luka. ah mata itu, aku melukainya. aku benar-benar terlalu jahat kepadanya. membiarkan ia merasa bersalah untuk hal-hal yang bukan salahnya.aku menitikkan air mata lagi. ia menghapus air mataku perlahan. lalu aku menangkap tangannya. kubiarkan tangannya berada diatas pipiku. aku memejamkan mata. meresapi kehangatan dari tangannya di malam yang dingin ini. lalu aku melepaskan tangannya. aku melihat matanya lagi. kosong. ragu. luka. khawatir. sedih. mata itu menceritakan semuanya. lalu aku menghambur ke dalam peluknya. memeluknya erat, seakan menandakan bahwa aku takkan melepasnya.

"pergilah. aku tak apa. jangan merasa bersalah untuk perbuatan yang tidak pernah kamu lakukan. aku menangis itu pasti. aku akan kehilangan orang yang sangat aku impikan. orang yang selalu ada di setiap mimpi-mimpiku. orang yang selalu ada disetiap masa depan yang aku rancang dengan sempurna. tidak apa. aku hanya butuh waktu. temuilah rumahmu yang membuat kamu nyaman dan betah. jangan pernah berbalik. karna mungkin aku takkan melepaskanmu lagi."

aku selesai mengucapkan kata-kata terakhirku untuknya. aku melepas pelukanku. lalu aku memandanginya lagi, benar-benar merekam seluruh memori tentang dirinya. aku tersenyum pelan. laki-laki itu sempat terpaku. mengerjap penuh tanya akan semua kata-kataku. lalu beberapa saat kemudian ia tersenyum mengerti. dia menarikku kedalam pelukannya.

"terimakasih. karna telah memberikan aku tempat terhangat. telah memberikan semua waktumu hanya untuk bersamaku. telah membiarkan telingamu bosan mendengarkan semua keluh kesahku. telah memberikan semua energi untuk menyemangatiku. terimakasih karna telah mencintaiku. terimakasih."

lelaki itu berkata pelan. aku mendengarnya lalu aku melepaskan pelukannya. dia tersenyum. aku memperhatikan matanya. ah mata yang menyiratkan kelegaan, kebahagiaan, ketenangan. aku sempat melihat matanya berkaca-kaca.

"aku tidak akan menunggumu. tapi tolong jangan datang menemuiku. aku butuh waktu. berbahagialah.. jika sudah waktunya, aku akan menemuimu dengan bahagia"

aku tersenyum sekali lagi. menatap laki-laki yang telah mengisi hatiku selama bertahun-tahun ini. aku berbalik pergi. melangkahkan kakiku yang terasa berat ke arah berlawanan. aku benar-benar pergi. aku benar-benar melepaskannya. melepaskan lelaki yang menetap di hatiku belakangan ini. melepaskan semua mimpiku tentang lelaki itu. kakiku masih melangkah menjauhi lelaki tercintaku. mataku terasa panas dan telah membasah. dadaku terasa seperti diiris-iris. tapi aku merasa ringan. aku tak membawa beban. mungkin melepaskan memang menjadi hal terbaik untuk aku dan dia. untuk semua penantian panjangku. untuk semua rasa yang telah aku simpan baik-baik di hati ini. melepaskan mungkin adalah jawaban....dari semua pertanyaanku saat menantinya. mungkin saat ini memang terasa sakit. mungkin akan sangat sulit. tapi mungkin suatu saat nanti aku akan tersenyum karna melepaskanmu.